MILIK PRIBUMI
Don't ask what your country can do for you, but ask what you can do for your country and it's not about the money.

Ismail Marzuki – Indonesia Pusaka

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

- APB -

Global Economy Crises Will Hit Indonesia. Be Prepare!

Korelasi ekonomi Indonesia dengan krisis ekonomi global yang bermula dari United States of America bisa dimaknai secara langsung dan tak langsung.

Secara langsung, jika diambil garis besarnya ada dua hal yang sangat memperngaruhi yaitu :

1. Penguatan USD terhadap rupiah akibat aliran sirkulasi dolar yg tiba-tiba mengering di pasar dunia sehingga mengkoreksi berbagai mata uang dunia (10-20%) tak terkecuali Indonesia (12%).


Bagi pemerintah, Bank Indonesia, perusahaan pemerintah dan perusahaan swasta juga mengalami foreign exchange losses dalam penataan portofolio asset, biaya impor yang semakin mahal, dan cicilan hutangnya akibat dolar yang menguat hingga 12% terhadap rupiah ke Rp. 11.000 (estimasi sampai pertengahan 2009).


2. Krisis ekonomi US mengakibatkan permintaan konsumsi produk Indonesia di Amerika Serikat berkurang atau ekspor Indonesia ke US berpotensi berkurang. Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) itu menduduki posisi terbesar kedua dalam neraca ekspor Indonesia sebesar 11.58 %. Ekspor Indonesia ke AS itu dipengaruhi oleh tekstil (25 persen) dan manufacturing (12.45 persen). Tetapi selama kuartal IV 2008 ternyata ekspor kita ke US sanggup bertumbuh 6% dan secara keseluruhan pasar ekspor indonesia ada kemajuan walau bagi sektor-sektor tertentu banyak berkurang. Berterimakasihlah pada Ibu Mari Elka Pangestu yang sudah berjuang keras mencari pasar baru bagi produk ekspor Indonesia.


Kalau secara tidak langsung, krisis ekonomi Indonesia menular dari krisis ekonomi internasional (dan regional) yaitu :


1. Sulitnya Indonesia (pemerintah, perusahaan, dan perbankan) dalam mencari pinjaman modal luar negeri karena keringnya USD di pasar keuangan global, dan

2 . Banyaknya modal yang keluar dari Indonesia.

Dalam laporan ekonomi tahun 2008, Bank Indonesia mengemukakan Balance of Payment Indonesia atau Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama tahun 2008 mengalami defisit (-) US$2,2 miliar. Dan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya surplus $3,5-4 miliar maka dengan sederhana bisa diartikan sebanyak $5,7-$6,2 miliar uang asing telah lari dari Indonesia.

Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah ancaman nyata terhadap kondisi permodalan bagi ekonomi Indonesia secara keseluruhan (pemerintah, perusahaan, dan perbankan). Kesulitan bagi pemerintah dalam memperoleh modal bagi APBNnya ( SUN, sukuk, SPN yg peminatnya cukup berkurang dibanding awal tahunlalu). Kesulitan juga terasa bagi Bank Indonesia (SBI 1 bln sepi peminat dan hanya diminati oleh short term investor dan spekulan serta SBI > 1 bln lebih sepi lagi peminatnya). Serta perusahaan swasta dan pemerintah serta pasar riil yang sangat kesulitan dalam memperoleh permodalan (jatuhnya Bursa Saham, jatuhnya pasar obligasio, dll)


Adapun secara garis besar krisis permodalan ini sangat memberikan pukulan telak bagi perbankan dan perusahaan dalam mengatur permodalan terutama hutang mereka. Modal yg semula mudah diperoleh dan melimpah ruah (baik di pasar modal, pasar obligasi, dan berbagai pasar untuk instrumen-instrumen keuangan) yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dan melunasi hutang yang menumpuk sekarang tiba-tba sulit untuk diperoleh. Akibat yang nyata sudah terlihat di sektor perbankan yang langsung berlomba-lomba berebut dana modal murah dari calon nasabah berbentuk dana pihak ketiga (simpanan) dengan berlomba-lomba pula menaikkan suku bunga simpanan. Dan akibat yang agak nyata yaitu Bank Century yang notabene bank devisa (ekspor-impor) akibat karena mis-management, ditambah dengan sulitnya permodalan yaitu Cpital Adequacy Ratio / CAR (cadangan modal) yaitu minus (-) 1% shg langsung diserahterimakan menjadi pasien LPS guna direstrukturisasi walaupun ada peminat yang hendak membeli bank tersebut .

Potensi nyata krisis ekonomi bagi perbankan yaitu berupa resiko meningkatnya kredit bermasalah (NPL). Seperti yang dikemukakan dalam akibat langsung krisis ekonomi
US ke Indonesia yaitu potensi ekspor bemasalah maka hal tersebut dapat menjadi efek domino masuknya krisis ke Indonesia. Diibaratkan, setiap badan usaha mempunyai hubungan langsung melalui hutang dan piutang. Maka penurunan ekspor dapat berakitat penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan dan pengeluaran yang meningkat dapat beresiko terhadap minusnya laba. Minusnya laba berakibat kesulitan dalam permodalan bagi operasional usaha dan sangat sulitnya dalam melunasi hutang. Akibatnya adalah sejumlah lembaga dan korporasi akan berusaha mengurangi pengeluaran mereka dengan memecat karyawannya, atau akan terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Runtun efek domino tersebut yaitu, sektor ekspor Indonesia, lalu institusi keuangan lokal yang menjamin ekspor tersebut seperti bank devisa, perusahaan lokal Indonesia yang bekerjasama dengan perusahaan eksportir dan institusi keuangan ekspor tersebut serta bagi perusahaan US yang beroperasi di Indonesia. Lalu masuk ke perusahaan lokal, kesulitan perusahaan dalam membiayai modal kerja, kesulitan perusahaan membayar hutang sehingga NPL akan meningkat, menurunnya pertumbuhan ekonomi, pemutusan hubungan kerja yang melimpah, serta melemahnya perekonomian makro dan mikro Indonesia secara keseluruhan.


Sehingga, selama tahun 2009 sampai semester pertama 2010 ini ekonomi indonesia secara holistik (keseluruhan) haruslah benar-benar bekerja keras meningkatkan pengelolaan hutang (debt managemet) selain juga bekerja keras membuka kesempatan-kesempatan bergeraknya perekonomian Indonesia agar tetap bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,5%.


Debt management dapat bisa dilakukan melalui restrukturisasi hutang terutama hutang valas yaitu dolar dan yen. Mencari pinjaman melalui bilateral (Jepang) dan multilateral (ASEAN, ASEAN+3, ADB). Meminta penghapusan hutang luar negeri seperti yang dilakukan pemerintah Italia dgn kebaikannya bagi Indonesia. Dan segala bentuk debt management lainnya.


Secara poin-per poin masalah yang tengah dihadapi yaitu :


Langsung

1. Foreign Exchange Losses, kerugian akibat penguatan USD terhadap rupiah sebanyak 12% ke Rp. 11.000 dan Yen terhadap rupiah sebanyak 7%.

  • Meningkatnya beban kewajiban pembayaran pokok hutang dan bunga hutang valas pemerintah, perbankan, dan korporasi
  • Meningkatnya beban impor terutama bagi korparasi yang bahan bakunya berasal dari impor
  • Kerugian portofolio asset forex

2. Ekspor Indonesia berpotensi jatuh sehingga memiliki dampak bagi pelambatan perekonomian dan sektor riil serta meningkatnya NPL apabila tidak segera diatasi.

Tidak langsung

1. Defisit neraca pembayaran (capital outflow) yang mempengaruhi :

  • Keruntuhan pasar saham, pasar obligasi swasta & pemerintah (SUN, SPN, ORI, dan sukuk), serta pasar Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
  • Kesulitan pemerintah, perbankan, serta korporasi swasta dan pemerintah dalam memperoleh permodalan untuk modal operasional dan membayar hutang.


2. Perlambatan perekonomian akibat melambatnya sektor riil.


3. Potensi meningkatnya kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)

4. Potensi meningkatnya jumlah unemployment atau pemutusan hubungan kerja (PHK)

No comments:

Post a Comment

Blogger templates made by AllBlogTools.com