Krisis ekonomi sangat erat kaitannya dengan ketidakstabilan kehidupan sosial masyarakat. Karena krisis ekonomi akan mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah sehingga gap antara penduduk kaya dan penduduk miskinbertambah. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut kita harus bergantung kepada rasio penduduk daerah terkaya dan termiskin di dalam suatu negara, rasio penduduk negara terkaya dan negara termiskin, indeks gini di dalam suatu negara, dan rasio lainnya.
Untuk melihat kestabilan suatu negara kita juga harus memakai tingkat pemerataan pendapatan nasional terhadap sejumlah daerah dan golongan tertentu di dalam negara tersebut.
Penyebab Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah data sebagai berikut :
51,1 juta penduduk pribumi yaitu kita bangsa Indonesia (97,4% penduduk) hanya menerima 0,54% dari pendapatan “nasional” Hindia Belanda. Sedangkan penduduk Asia lain yang berjumlah 1,3 juta (2,2%) menerima 0,06% dan bahkan 241.000 (0,04%) orang Eropa (kebanyakan Belanda) menerima 99,4% dari keseluruhan Pendapatan "Nasional" Hindia Belanda
Kesadaran ketidak adilan sosial di dalam Hindia Belanda era 1920-an akhir tersebut menimbulkan perjuangan nasionalisme dan senasib serta solidaritas yang sangat tinggi di kalangan warga pribumi kita untuk memperjuangkan nasibnya melalui perang dan berbagai cara diplomasi untuk mencapai taraf keadilan serta kemerataan ekonomi yang lebih baik.
Maka untuk mengantisipasi perang di dalam suatu negara yang bisa memicu perang antar negara, kita harus mengantisipasi agar rasio pendapatan daerah terkaya dan daerah termiskin di dalam suatu negara di bawah 8 - 8,5 serta rasio/indeks Gini di bawah 0,20 - 0,22. Terutama bagi negara Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara, Negara2 di Eropa Timur, Republik Indonesia, negara-negara di Asia Kecil, dan negara2 berkembang dan dunia ketiga lainnya
No comments:
Post a Comment