MILIK PRIBUMI
Don't ask what your country can do for you, but ask what you can do for your country and it's not about the money.

Ismail Marzuki – Indonesia Pusaka

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

- APB -

Budidaya Rumput Laut Euchema Catonii

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat strategis di dunia. Indonesia memiliki garis pantai yang sangat luas dengan banyaknya penduduk yang bekerja di daerah garis pantai tersebut. Indonesia juga memiliki lautan yang sangat luas beserta lahan untuk budidaya rumput laut yang luar biasa banyaknya.


Saran tentang pengelolaan rumput laut jenis Euchema cattoni dalam hal :


1. Pembudidayaan (cara tanam, cara merawat, cara memanen)

Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dan diperlukan pertimbangan pertimbangan mengenai ekologis, teknis, kesehatan sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundangan yang berlaku. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian, pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainya.

Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenis Eucheuma adalah sebagai berikut.

a. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pen garuh daratan dan lokasi jangan langsung menghadap laut lepas, sebaiknya yang terdapat karang penghalang yang dapat melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat. Ombak yang keras akan mengakibatkan keruhnya perairan sehingga proses fotosintesis dapat terganggu, disamping itu akan menimbulkan kesulitan didalam penanaman , pemeliharaan dan pemanenan.

b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi, lokasi budidaya harus bergerakan air cukup, disamping itu gerakan air yang cukup bisa memberikan pasokan makanan yang kontinyu serta terhindar dari akumulasi debu air dan tanaman menempel.

c. Bila menggunakan metode lepas dasar, das ar lokasi budidaya harus keras yaitu terbentuk dari pasir dan karang.

d. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut terendah yang masih digenangi air sedalam 30-60 cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.

e. Perairan lokasi budidaya sebaiknya berpH antara 7,3 – 8,2.

f. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-Algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah ini cocok untuk pertumbuhannya.


Kecerahan

Menurut Mubarok (1990), kejernihan air sebaiknya tidak kurang dari 5 meter dengan jarak pandang horisontal. Air keruh mengandung partikel halus yang berlimpah yang akan mneutupi talus tanaman sehingga menghambat penyerapan makanan dan proses fotosintesa.


Suhu

Suhu air meskipun tidak berpengaruh mematikan namun dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. Perbedaan temperatur air yang terlalu besar antara siang dan malam hari dapat mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sering terjadi di perairan yang terlalu dangkal. Rumput lut biasanya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai suhu antara 26 - 30ºC (Afrianto dan Liviawaty, 2001). Sedangkan menurut Angkasa (1998), suhu perairan yang baik bagi pertumbuhan Eucheuma cottonii berkisar antara 27 – 30ºC dengan fluktuasi harian 4ºC.


pH

Keasaman air (pH) yang cocok untuk pertumbuhan Eucheuma umumnya berkisar antara 6 – 9, sedangkan yang optimal adalah 6,5 (Indriani dan Sumiarsih, 1996). Sedangkan menurut Mubarok (1998), pH yang baik bagi pertumbuhanEucheuma berkisar antara 7-9 dengan kisaran optimum 7,2-8,2


Salinitas

Salinitas perairan yang cocok untuk budidaya Eucheuma cottonii umumnya berkisar antara 30-37 promil (Anonymous, 1991). Salinitas dibawah 28 promil menyebabkan rumput laut mudah terserang penyakit (Hidayat, 1994). Menurut Trono (1986), Eucheuma sp. Adalah alga yang hanya mampu mentolerir perubahan kisaran salinitas yang sempit, sehingga salinitas di bawah 30% dapat mengakibatkan pertumbuhan yang kurang baik.


Metoda Budidaya Rumput Laut Eucheuma spp.

Metode budidaya yang akan dilakukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhanrumput laut itu sendiri. Sampai saat ini telah dikembangkan 5metode budidayarumput laut berdasarkan pada posisi tanaman terhadap dasar perairan. Metoda-metoda tersebut meliputi : metoda lepas dasar, metoda rakit apung. metode long linedan metode jalur serta metode keranjang (kantung).

Metoda budidaya rumput laut yang telah direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan, meliputi: metoda lepas dasar, metoda apung (rakit), metode long line dan metode jalur.

Namun di dalam penerapan keempat macam metoda tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perairan di mana lokasi budidaya rumput laut akan dilaksanakan. Uraian ketiga macam metoda tersebut adalah sebagai berikut:


1. Metode Lepas Dasar
Metode ini dilakukan pada dasar perairan yang berpasir atau berlumpur pasir untuk memudahkan penancapan patok/pacang, Namun hal ini akan sulit dilakukan bila dasar perairan terdiri dari batu karang.

Penanaman dengan metode ini dilakukan dengan cara merentangkan tali ris yang telah berisi ikatan tanaman pada tali ris utama dan posisi tanaman budidaya berada sekitar 30 cm di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air). Patok terbuat dari kayu yang berdiameter sekitar 5 cm sepanjang 1 m dan runcing pada salah satu ujungnya.

Jarak antara patok untuk merentangkan tali ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar dihubungkan dengan tali ris polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Jarak antara tali rentang sekitar 20 – 25 cm.

Dengan demikian untuk budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar berukuran (50 x 10) m2, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:

§ Patok kayu (kayu gelam) : panjang 1 m diameter 5 cm sebanyak 275 buah

§ Tali rentang : bahan PE berdiameter 4 mm sebanyak 870 m (10 kg)

§ Tali ris: bahan PE berdiameter 6 mm sebanyak 630 m (15 kg)

§ Tali rafia : sejumlah 20 gulung besar, dan

§ Bibit seberat 50 -100 gr per ikat sebanyak 500 – 1.000 kg.

Produksi rumput laut yang diperoleh dengan metode lepas dasar ukuran 500 m2untuk setiap musim tanam (mt) adalah sebesar 4.000 – 8000 kg basah atau 437,5 – 875 kg kering (dengan konversi sekitar 8:1 ). Sebaiknya bibit dipisahkan penanganannya dengan umur lebih kurang 25 hari. Keuntungan menggunakan metode lepas dasar ini adalah memberikan pertumbuhan 3-6% /hari, sehingga kandungan karaginan dan gelnya lebih tinggi daripada metode budidaya lain.


2. Metode Rakit Apung
Metode rakit apung adalah cara membudidayakan rumput laut dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu/kayu.Metode ini cocok diterapkan pada perairan berkaranq dimana pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Penanaman dilakukan dengan menggunakan rakit dari bambu/kayu. Ukuran setiap rakit sangat bervariasi tergantung pada ketersediaan material. Ukuran rakit dapat disesuaikan dengan kondisi perairan tetapi pada prinsipnya ukuran rakit yang dibuat tidak terlalu besar untuk mempermudah perawatan rumput laut yang ditanam.

Untuk menahan agar rakit tidak hanyut terbawa oleh arus, digunakan jangkar (patok) dengan tali PE yang berukuran 10 mm sebagai penahannya. Untuk menghemat areal dan memudahkan pemeliharaan, beberapa rakit dapat digabung menjadi satu dan setiap rakit diberi jarak sekitar 1 meter. Bibit 50 -100 gr diikatkan di tali plastik berjarak 20-25 cm pada setiap titiknya.

Pertumbuhan tanaman yang menggunakan metode apung ini, umumnya lebih baik daripada metode lepas dasar, karena pergerakan air dan intensitas cahaya cukup memadai bagi pertumbuhan rumput laut. Metode apung memiliki keuntungan lain yaitu pemeliharaannya mudah dilakukan, terbebas tanaman dari gangguan bulu babi dan binatang laut lain, berkurangnya tanaman yang hilang karena lepasnya cabang-cabang, serta pengendapan pada tanaman lebih sedikit.

Kerugian dari metode ini adalah biaya lebih mahal dan waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan sarana budidayanya relatif lebih lama. Sedangkan bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman terlalu dekat dengan permukaan air, sehingga tanaman sering muncul kepermukaan air, terutama pada saat laut kurang berombak. Munculnya tanaman kepermukaan air dalam waktu lama, dapat menyebabkan cabang-cabang tanaman menjadi pucat karena kehilangan pigmen dan akhimya akan mati.

Agar pemeliharaan bisa lebih efektif dan efesien, maka pada umumnya 1 unit usaha terdiri dari 20 rakit dengan masing-masing rakit berukuran 5 m x 2,5 m. Satu rakit terdiri dari 24 tali dengan jarak antara tali masing-masing 20 cm. Untuk setiap tali dapat diikatkan 9 rumpun tanaman, dan jarak antara rumpun yang satu dengan yang lainnya adalah 25 cm. Jadi dalam satu rakit akan terdiri dari 300 rumpun dengan berat rata-rata per rumpun 50 -100 gram atau dibutuhkan bibit sebanyak 15 – 30 kg (Asumsi : bambu tidak digunakan untuk mengikat bibit).

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk 1 unit rakit apung usaha budidayarumput laut yang terdiri dari 20 buah rakit berukuran 5 m x 2,5 m adalah sebagai berikut:

§ bambu berdiameter 10-15 cm sebanyak 80 batang

§ tali jangkar PE berdiameter 10 mm sebanyak 80 m atau 6 kg

§ tali rentang PE berdiameter 4 mm sebanyak 2.800 m atau 33 kg (260 m/rakit);

§ jangkar 4 buah (dari karung semen/ cor semen)

§ tali Dl 5 60 gulung (3 gulung/rakit)

§ tempat penjemuran 1,2 x 100 m

§ peralatan budidaya (keranjang, pisau, gergaji, dan parang)

§ perahu jukung, sebanyak 1 unit, dan

§ bibit sebanyak 300 – 600 kg (15 – 30 kg/rakit)

Hasil produksi yang akan diperoleh dari 1 unit yang terdiri dari 20 rakit ukuran 2,5 m x 5 m (asumsi hasil panen 8 kali berat awal) adalah sebesar 2.400 kg – 4.800 kgrumput laut basah per musim tanam(MT) atau 262,5 kg – 525 kg rumput laut kering (dengan konversi sekitar 8:1 ). Dibandingkan dengan metode lepas dasar, metode rakit apung memberikan keuntungan pertumbuhan yang lebih baik karena tanaman akan mendapatkan intensitas cahaya dan pergerakan air yang cukup.


- Metode Rawai

Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit apung, tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit pengapung, tetapi menggunakan pelampung dan yang biasanya digunakan sebagai pelampung adalah botol plastik

Keuntungan dari metode ini adalah tanaman terbebas dari hama bulu babi, pertumbuhan lebih cepat dan lebih murah ongkos materialnya. Saat ini hampir semua perairan Indonesia cocok untuk budidaya menggunakan metode rawai sebagai alternatif untuk budidaya Eucheuma cottonii. Keuntungan dari metode ini adalah tanaman terbebas dari hama bulu babi, pertumbuhan lebih cepat dan lebih murah ongkos materialnya. Saat ini hampir semua perairan Indonesia cocok untuk budidaya menggunakan metode rawai sebagai alternatif untuk budidayaEucheuma cottonii.


3. Metode Long Line
Metode long line adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk didapat. Teknik budidayarumput laut dengan metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml.

Pada saat pemasangan tali utama harus diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya. Bibit rumput laut sebanyak 50 -100 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak antar titik lebih kurang 25 Cm. Jarak antara tali satu dalam satu blok 0,5 m dan jarak antar blok 1 m dengan mempertimbangkan kondisi arus dan gelombang setempat. Dalam satu blok terdapat 4 tali yang berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan (jika dibutuhkan). Dengan demikian untuk satu hektar hamparan dapat dipasang 128 tali, di mana setiap tali dapat di tanaman 500 titik atau diperoleh 64.000 titik per ha. Apabila berat bibit awal yang di tanaman antara 50-100 gram, maka jumlah bibit yang dibutuhkan sebesar antara 3.200 kg – 6.400 kg per ha areal budidaya.

Panen dilakukan setelah rumput laut mencapai umur lebih kurang 45 hari dengan hasil panen rumput laut basah sebesar antara 25.600 kg – 51.200 kg (asumsi 1 rumpun bibit menjadi 8 kali lipat saat panen), kemudian di kurangi dengan persediaan benih untuk musim tanam berikutnya sebanyak antara 3.200 kg – 6.400 kg. Maka hasil panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar antara 22.400 kg – 44.800 kg atau diperoleh hasil panen rumput laut kering 2.800-5.600 kg (konversi dari basah menjadi kering 8 : 1).

Spesifikasi alat

1. Bahan dan alat utama :

§ Tali titik ukuran PE 4 mm sebanyak 870 m (10 kg)

§ Tali jangkar PE 10 mm sebanyak 750 m (50 kg)

§ Tali jangkar sudut PE 6 mm sebanyak 420 m (10 kg)

§ Jangkar tancap kayu 104 buah (jangkar karung semen 4 buah)

§ Pelampung styrofoam sebanyak 60 kg

§ Pelampung botol aqua atau dari karet sendal secukupnya

2. Sarana penunjang :

§ Perahu sampan 1 buah

§ Timbangan gantung 50 kg

§ Waring 50 m2

§ Para-para penjemuran dari kayu/bambu ukuran 6×8 m (3 unit)

§ Pisau kerja 5 buah

§ Karung plastik ukuran 50 kg (640 lembar)

3. Sarana Operasional :

§ Bibit rumput laut antara 3.200 kg – 6.400 kg

4. Produktifitas :

§ Panen pertama (PI) = antara 25.600 kg – 51.200 kg/Ha

§ Produksi = hasil panen pertama (PI) – Jumlah bibit = antara 22.400 kg – 44.800 kg

§ Berat Kering = antara 2.800 kg – 5.600 kg (konversi 8:1)

§ Waktu pembudidayaan 45 hari atau 4 – 5 kali selama 1 tahun tergantung lokasi


4. Metode Jalur
Metode budidaya rumput laut di masing-masing daerah berkembang sesuai dengan kebiasaan dan kondisi lokasi perairan di wilayah tersebut. Dari ketiga metodebudidaya yaitu lepas dasar, rakit apung dan longline telah berkembang di masyarakat beberapa metode baru, salah satunya adalah metoda jalur.

Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE diameter 0,6 mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 m x 7 m per petak. Satu unit terdiri dari 7-10 petak. Pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar seberat 100 kg. Penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,2 cm sebagai pengikat bibit rumput laut. Setelah bibit diikat kemudian tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.

Untuk membuat 5 unit rakit ukuran per rakit 5 m x 35 m dengan metoda jalur diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:

Spesifikasi alat:

§ Bambu 30 batang; Tali PE Dl 5 15 gulung; Tali PE 4 mm 44 kg; Tali PE 6 mm 10 kg; Tali jangkar PE 10 mm 34 kg; Pelampung 10 buah; Jangkar 10 buah; Keranjang panen 5 buah

Sarana Penunjang :

§ Rakjemur 1 unit; Perahu dayung 1 buah; Peralatan kerja 2 paket;

Bibit :

§ Bibit: 9.200 ikatan per titik 50 – 100 gram butuh 460 kg – 920 kg untuk 5 unit ukuran 5×35 m.

Produktifitas :

§ Berat panen basah : 80% darijumlah ikatan bibit = 7.360 ikatan => Apabila Kisaran berat rata-rata panen 800 gram – 1000 gram per rumpun maka hasil panen 3.680 kg – 7.360 kg basah, Berat kering (8 : 1) = 460 kg – 920 kg, Harga jual: Rp. 3000 – Rp. 4.500/kg.


Penanaman :

Bahan yang diperlukan

Untuk lokasi pertanaman dengan ukuran (50 x 10) m2, adalah :

1. Bibit 50-100 gr per ikat = 500 - 1.000 kg.

2. Patok kayu : panjang 1 m diameter 5 cm = 275 buah

3. Tali rentang berdiameter 4 mm = 870 m

4. Tali Ris berdiameter 6 mm = 630 m

5. Tali rafia = 20 gulung besar


Setelah bahan terkumpul, lakukan penanaman mengikuti proses berikut ini.

1. Pilih bibit rumput laut (Gambar 6) yang baik dengan ciri-ciri : bercabang banyak dan rimbun, tidak terdapat bercak, tidak terkelupas, warna spesific cerah, umur 25 – 35 hari, berat bibit 50 – 100 gram per rumpun. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

2. Saat mengangkut bibit dari pantai ke lokasi pengolahan, bibit tetap terendam di dalam air laut atau dimasukkan ke dalam kotak karton berlapis plastik.

3. Bibit disusun berlapis dan berselang seling yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang sudah dibasahi air laut. Agar bibit tetap baik, simpan di dalam keranjang atau jaring dengan ukuran mata jaring kecil dan harus dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan maupun kekeringan.

4. Sebelum dilakukan penanaman, lakukan pengikatan bibit pada tali Ris (Gambar 7)

5. Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air). Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung bawahnya.

6. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun jarak ideal antara tali rentang sekitar 20-25 cm.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan adalah :

1. Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan.

2. Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali.

3. Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus, segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau mengganti dengan tali baru.

4. Waspadai penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak putih pada rumput laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus dibuang, karena dapat menularkan penyakit pada tanaman lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan akhirnya mudah putus.

5. Untuk menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap setiap tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa dilakukan pemotongan. Cara lain menghindari penyakit ice-ice adalah dengan menurunkan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari, karena penyakit ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang terlalu tinggi dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman berada 1 meter dibawah permukaan air.

6. Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a). Larva bulu babi (Tripneustes sp) bersifat planktonik yang melayang-layang di dalam air, lalu menempel pada tanaman. (b). Teripang (Holothuria sp) mula-mula menempel dan menetap pada rumput laut, lalu membesar dan dapat memakan rumput laut dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke dalam mulut.

Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk menghindarinya, bisa dilakukan pemasangan jaring pada keliling areal tanaman.


Pemanenan

Pemanenan rumput laut sangat tergantung dari tujuannya. Jika tujuan memanen untuk mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 – 35 hari. Kalau ingin mendapatkan kualitas tinggi dengan kandungan Karaginan banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari (umur ideal).

Pemanenan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara :

· Petama memotong sebagian tanaman. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit, namun perlu waktu lama. Disisi lain, sisa-sisa tanaman rumput laut yang tidak ikut dipanen pertumbuhannya lambat, sehingga kualitasnya rendah.

· Kedua, mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yang singkat. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali. Kelebihan cara ini adalah, dapat melakukan penanaman kembali dari bibit-bibit rumput laut yang masih muda dengan laju pertumbuhan tinggi.


Pasca Panen

Mengingat mutu rumput laut kering (Gambar 9) bernilai lebih tinggi dibanding yang basah, perlakuan pasca panen sangat menentukan harga rumput laut.

Untuk itu, setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dibawah terik sinar matahari dengan meletakkan rumput laut pada para-para atau dialas, sehingga tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya (Gambar 10)

Sambil dilakukan penjemuran, lakukan sortasi dengan cara mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah dan lainnya. Jika cuaca baik, dalam waktu 3-4 hari rumput laut sudah kering yang ditandai dengan warna ungu keputihan dilapisi kristal garam dan a lot untuk dipatah.

Untuk mendapatkan rumput laut berkualitas dan dihargai tinggi, lakukan pengayakan untuk memisahkan pasir dan garam yang terdapat pada rumput laut.

Gambar 9

Gambar 10


Pentingnya Alat Jemur

Pada saat sekarang ini, para petani nelayan hanya mengandalkan penjemuran atau pengeringan rumput laut secara alami (Gambar 11). Agar nilai jual rumput laut bisa dihargai tinggi, para kelompok tani sangat mengharapkan adanya bantuan mesin atau alat jemur rumput laut. Dengan alat tersebut diharapkan penjemuran bisa optimal, sehingga nilai jualnya tinggi.





Best Regard,

Ardianto P. Butarbutar

Menyediakan Konsultasi Bisnis Gratis

butarbutar.ardi@gmail.com

http://groups.yahoo.com/group/konsultasiusaha/join (Free)

http://antoderman.blogspot.com

http://www.koperasisubur.com

No comments:

Post a Comment

Blogger templates made by AllBlogTools.com